Tidak perlu diragukan, vitamin E adalah vitamin yang sangat berguna untuk tubuh. Khasiat antioksidan yang tinggi merupakan kunci menuju kehidupan yang sehat karena tubuh dapat dengan mudah bertahan akan radikal bebas. Akan tetapi, Universitas Berkeley negara bagian California Amerika Serikat yang menemukan vitamin E ini pada tahun 1922 menyatakan bahwa vitamin E dalam bentuk suplemen makanan tidak memiliki kegunaan sama sekali. Ingin tahu lebih lanjut?
Hari senin kemarin, saya dan keluarga mengunjungi salah satu sentra belanja didekat rumah untuk menyetok kebutuhan rumah tangga. Ketika sedang berjalan mencari barang kebutuhan, langkah saya terhenti melihat gerai obat dan melihat suplemen makanan vitamin e yang sering dikonsumsi oleh ayah saya ketika saya masih belia. Tentu saja, saya secara pribadi berhenti sejenak dan mengenang sedikit masa lalu karena sudah tidak melihat produk tersebut selama bertahun tahun. Bentuk kotaknya masih sama, hanya saja sekarang ada foto seorang wanita yang terpampang di kotak tersebut. Atas alasan nostalgia saya mengambil dua kotak vitamin E tersebut. Prawira di gerai obat tersebut lalu menawarkan kepada saya vitamin E merek lain dengan dosis lebih tinggi. Tentu saya tolak karena saya beli ini toh untuk alasan pribadi dan bukan kesehatan.
Setelah saya membeli produk vitamin E tersebut, seperti biasa, saya lalu singgah di internet untuk mengetahui kegunaan vitamin E karena sebelumnya saya hanya mengetahui suplemen makanan ini adalah sumber antioksidan yang baik.
Cukup mengejutkan ternyata hal hal yang saya baca di Internet mengenai kegunaan vitamin E ini. Dari data yang saya kumpulkan, vitamin E dalam bentuk suplemen makanan secara klinis tidak memberikan keuntungan apa-apa, bahkan ada yang mengatakan bahwa vitamin E adalah “junk food” dalam dunia vitamin. Temuan yang sungguh sangat mengejutkan, mengingat dokter-dokter yang saya kenal secara profesional dan personal menganjurkan meminum vitamin E sebagai salah satu sumber antioksidan. Beberapa riset mengenai kegunaan vitamin E dalam bentuk suplemen makanan sudah dijalankan dengan melibatkan lebih dari ribuan orang. Namun secara garis besar hasil temuan tersebut menyatakan bahwa vitamin E dalam bentuk suplemen makanan tidak memberikan hasil yang positif baik dari segi pencegahan maupun pengobatan.
Vitamin E ditemukan pada tahun 1922 oleh peneliti di University of California, Berkeley (UC Berkeley). Temuan awal vitamin E diteorikan sebagai sumber antioksidan yang kita kenal hingga saat ini. Beragam tes sudah membuktikan bahwa vitamin E yang berasal dari alam melalui makanan memiliki efek positif untuk kesehatan. Namun, UC Berkeley meragukan validitas vitamin E dalam bentuk suplemen makanan sebagai sumber antioksidan yang bermanfaat untuk manusia.
Secara alami, vitamin E memiliki banyak kegunaan yaitu:
- Adalah antioksidan, membantu menetralisir radikal bebas.
- Dapat menekan pertumbuhan sel kanker.
- Mempertahankan daya tahan tubuh.
- Memiliki sifat “fat-soluble” yaitu vitamin E dapat disimpan dalam tubuh.
- Dosis yang dianjurkan oleh badan kesehatan Amerika Serikat adalah 23 IU perhari untuk orang dewasa.
Secara alami, Vitamin E dapat diperoleh dari mengonsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan biji-bijian seperti gandum. Brokoli, Tomat, Paprika, Wortel dan ikan adalah sumber vitamin E alami yang baik.
UC Berkeley menyatakan pada tahun 1994 bahwa vitamin E dalam bentuk suplemen makanan dianjurkan untuk berbagai macam pencegahan penyakit dengan dosis sebesar 400 IU. Namun pada tahun 2001, bermunculan temuan bahwa vitamin E tidak memiliki efek sebaik yang dikira, UC Berkeley melalui jurnal kesehatannya, Wellness Letter memotong dosis tersebut menjadi 200 IU. Analisis yang dilakukan oleh John Hopkins Medical Institute America pada tahun 2004 seolah semakin memperkeruh suasana. Dari 135 ribu subjek tes yang diberikan vitamin E dalam bentuk suplemen makanan dengan dosis 400 IU, justru terdapat peningkatan mortalitas. Atas hasil temuan tersebut pada tahun 2005, UC Berkeley berhenti menganjurkan vitamin E dalam bentuk suplemen makanan untuk dikonsumsi. Lalu temuan lain apa lagi yang membuat UC Berkeley menarik pernyataannya mengenai vitamin E dalam bentuk suplemen makanan tidak memiliki efek positif bagi manusia? Inilah dia temuannya:
- Cochrane Collaboration, sebuah perusahaan nirlaba di Amerika Serikat yang bertugas memantau kesehatan masyarakat mengadakan riset yang melibatkan 500 ribu orang untuk mengonsumsi vitamin E dalam bentuk suplemen makanan. Hasilnya beragam, namun intinya satu, vitamin E tidak memberikan efek positif apapun. Beragam riset lainnya mengenai vitamin E seperti efek positif terhadap ibu hamil, efek positif terhadap perbaikan penglihatan di usia tua, Alzheimer, semuanya nihil, vitamin E dalam bentuk suplemen tidak memiliki efek apapun.
- Jurnal Asosiasi Medis Amerika menyatakan bahwa vitamin E tidak memiliki efek apapun dalam mencegah penyakit jantung maupun kanker. Meskipun begitu, temuan riset ini ditantang oleh sejumlah peneliti karena penelitian ini dituduh menggunakan molekul vitamin E yang diekstrak dari arang sehingga tidak memiliki reaksi apapun pada subjek tesnya. Akan tetapi, peneliti yang menantang riset ini juga menyatakan bahwa vitamin E terbaik adalah yang didapatkan langsung secara alami dari makanan.
*Grup peneliti yang membantah ketidakefektifan vitamin E dalam memerangi sel kanker juga menyatakan efek positif teh hijau dalam pengobatan/pencegahan kanker.
- UC Berkeley sendiri mengadakan berbagai riset mengenai kegunaan vitamin E dalam kehidupan sehari-hari tanpa efek yang jelas. Salah satu riset bahkan menunjukkan orang yang mengonsumsi vitamin E dan berolahraga memiliki kandungan sistem antioksidan lebih rendah daripada mereka yang tidak mengonsumsi vitamin E dan berolahraga. Meskipun masih dalam tahap pengujian, temuan awal ini membuat UC Berkeley semakin meragukan vitamin E dalam bentuk suplemen makan memiliki efek sama sekali.
Bagaimana dengan vitamin E untuk kesehatan kulit? Ya, vitamin E memiliki efek positif untuk kesehatan kulit, namun hanya bekerja untuk vitamin E alami dari makanan dan harus dikombinasikan dengan makanan lain. Kulit membutuhkan zat carotenoid untuk mempertahankan kesehatannya. Carotenoid sendiri didapatkan dari buah dan sayur berwarna (semangka, tomat, sayuran hijau, dsb) dan tugas vitamin E adalah mengubah zat tersebut menjadi vitamin untuk kulit. Jadi dapat disimpulkan disini bahwa vitamin E adalah vitamin pelengkap dan bukan alasan utama keindahan kulit Anda.
Lalu apakah kita tidak perlu mengonsumsi vitamin E dalam bentuk suplemen makanan? Berdasarkan hasil riset diatas… Tidak. Peneliti menganjurkan untuk kita mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin E alami seperti sayur sayuran hijau. Selain alami, sayuran ini juga kaya akan serat yang membantu pencernaan, setidaknya bila diolah dengan benar.
Sedikit mengecewakan karena vitamin E memiliki banyak kegunaan untuk kesehatan dan suplemen makanan terlihat sebagai sebuah jawaban yang tepat karena kemudahannya untuk dikonsumsi. Akan tetapi, bukankah kita lebih baik menjalani hidup secara alami?
Tambahan: Memang ada perbincangan mengenai konspirasi menjatuhkan vitamin E dalam bentuk suplemen makanan untuk diberikan kepada pasien-pasien kanker. Hal ini dikarenakan obat kanker yang ada tidak efisien dalam memberantas sel kanker karena obat kanker juga menghancurkan sel-sel yang sehat (alasan pasien yang menjalani terapi khemo mengalami kebotakan dan kondisi fisik yang menurun). Harganya juga tidak murah, yang mana beberapa mengaitkan perkembangan vitamin E dengan sengaja dijegal supaya tidak menjadi solusi kesehatan yang murah dan terjangkau.
Namun apa daya yang dapat kita lakukan karena data-data riset mengenai ketidakgunaan vitamin E dalam bentuk suplemen dilaksanakan oleh badan-badan kesehatan yang memiliki kredibilitas tinggi dan dokter-dokter yang kompeten (setidaknya dilihat dari gelarnya).
Sumber tulisan dapat diklik langsung pada kalimat-kalimat yang digarisbawahi.
Saya kurang setuju sama artikel di atas. Kita butuh banget suplemen tambahan utk mencukupi kebutuhan vitamin E. Di jaman sekarang ini polutan udah banyak banget, so utk mengimbanginya perlu vitamin E tambahan juga. Saya sendiri konsumsi dan lebih segar rasanya.
Terimakasih untuk komentarnya, saya rasa bila memang suplemen vitamin e berguna untuk Anda jangan ragu-ragu untuk mengonsumsinya.
Artikel ini saya buat, atau lebih tepatnya saya sadur dari jurnal medis serta riset skala tinggi yang telah menguji ratusan ribu orang dengan berbagai macam pendekatan dan membuktikan “kekosongan” vitamin e dalam bentuk suplemen.
Artikel vitamin e di Wikipedia juga menunjukkan irelevansi vitamin e sebagai antioksidan didalam tubuh:
(jangan lupa untuk mengunjungi sumber-sumbernya).
Sebagai seorang naturalis, saya percaya bahwa hal-hal yang berasal dari alam langsung memiliki potensi kesehatan yang lebih besar dibandingkan dengan sesuatu yang telah dipersiapkan secara industrial. Seperti yang saya sebut diatas, bila suplemen vitamin e bekerja untuk Anda, teruslah mengonsumsinya. Artikel ini hanya sekadar saduran temuan vitamin e yang kurang populer.
Saya juga kurang setuju, tapi dengan membaca sumber beritanya saya juga jadi ragu dengan vitamin e. Mungkin saya perlu klarifikasi dengan dokter mengenai hal ini.
Silahkan diklarifikasi. Saya juga ingin tahu apa pendapat dari sisi praktisi. Kebetulan frekuensi saya mengonsumsi vitamin e sangat sedikit, jadi saya tidak bisa memberikan pernyataan efek/khasiatnya.
saya jg gx setuju dgn artikel di atas.
Abis nya saya slalu konsumsi suplemen vit e dan kulit,tubuh saya jd enak dan segar..
setuju or ga stuju,, tu masing2 pribadi sndri, coz ada yg co2k ma obat n ada jg yg co2k ma alamiah.,.,., jd cari masing2 cara kecocokannya ok
^_^